Ujian Nasional 2009

Kopi paste tanpa ijin dari blog MGMP Bhs. Indonesia.

UN

Pelaksanaan Ujian Nasional telah ditetapkan oleh BSNP, Depdiknas dan Depag. Untuk SMP/MTs dilaksanan pada tanggal 27 — 30 April 2009.  Jika dianalisa dari jumlah hari pelaksanaan Ujian Nasional, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mata pelajaran yang di uji nasionalkan hanya 4, yaitu:

  1. Bahasa Indonesia
  2. Bahasa Inggris
  3. Matematika dan
  4. IPA.

Guru mapel yang diuji nasionalkan (termasuk saya) merasa terbebani. Betapa tidak, bisa diartikan bahwa lulus tidaknya seorang siswa bergantung dari nilai keempat mapel tersebut.  Mengajar yang baik, tentu mereka sudah, tapi soal ujian nasional tidak dibuat oleh gurunya, sehingga bisa jadi berbeda dalam penekanan materinya. Jika demikian, siswa tidak bisa mengerjakan, hasilnya kegagalan, dan yang menjadi kambing berwarna hitam atas kegagalan ini ya guru mapel NAS.

Alokasi waktu yang tidak kurang sebanding dengan kompetensi yang harus dikuasai siswa sering menjadi kesulitan guru. Bahasa Indonesia, Bahasa Inggir, Matematika dan IPA pada kurikulum 94 waktunya 6 jam pelajaran perminggu, dalam KTSP hanya 4 jam perminggu. Tiap jam pelajaran pada kurikulum 94 45 menit, pada KTSP 40 menit. Waktu ujian nasional yang semakin diajukan juga ikut andil dalam mengurangi kesempatan tatap muka di kelas. Kompetensi yang harus diajarkan pada KTSP juga hampir sama dengan materi pada kurikulum 94.

Dengan fasilitas yang dimiliki sekolah yang belum sesuai dengan standar sarana prasarana yang dituntut dalam 8 standar nasional pendidikan (SNP), tetapi harus mengerjakan soal-soal ujian yang sudah standar, tentu menjadi masalah yang sangat mengganggu. Entah standar mana yang digunakan dalam pembuatan soal ujian nasional, standar sekolah pinggiran atau sekolah kotaan. Lucu memang lucu jika soal standar diberikan kepada semua sekolah yang belum memiliki standar yang sama. Entah mengapa, standar penilaian yang didahulukan bukan standar yang lain seperti sarana prasarana (sarana prasarana sekolah di kota dan di desa apalagi di pelosok dan daerah tertinggal sangat jauh berbeda),  pendidik dan tenaga kependidikan (masih banyak guru yang tidak mengajar sesuai dengan bidangnya karena memang adanya, juga banyak sekolah yang tidak mempunyai tenaga kependidikan yang memadai dan mencukupi), proses (proses KBM yang masih beragam karena kesempatan guru mengikuti pelatihan, workshop dan bintek tidak sama), dan juga standar-standar yang lain. Faktor-faktor itulah yang sering menjadi hantu yang mengganggu guru-guru mapel yang diuji nasionalkan.

Bagi guru-guru yang tidak mengajar mapel NAS tentu bisa tidak hanya sedikit, tetapi bisa banyak bernapas lega. Mereka dapat membuat soalnya sendiri, dapat mengukur sejauh mana kompetensi yang dikuasai siswa, sehingga ketika ujian sekolah siswa dapat mengerjakannya. Misalnya siswa tidak bisa, toh guru bisa memberi remidi alias perbaikan sampai anak mencapai nilai minimal yang diharapkan.

Disisi lain, guru mapel non nas sering juga merasa dipandang hanya dengan sebelah mata, oleh sekolah, kepala sekolah, dinas dan yang paling parah oleh siswa. Mapel non nas dianggap tidak penting, sekolah sering menganaktirikan mapel non nas, siswa kurang respek pada mapel non nas dll. Ini tentunya merupakan perkembangan kurang baik bagi dunia pendidikan, karena adanya pemilahan, pengelompokan mapel menjadi mapel penting (nas) dan mapel tidak penting (non nas).

Memang kalau mau mengupas, selalu ada saja sisi lemah dan kekurangan dari pelaksanaan Ujian Nasional, akan tetapi, sebagai aparat yang berkewajiban melaksanakan kebijakan, guru harus melaksanakan. Melaksanakan dengan kesungguhan, bukan dengan tipu daya yang memperdaya, dengan muslihat yang jahat, kecurangan yang … apa lagi ya, sudah ah, ngantuk.

Tentang mgmpipakendal

Wadah bergabungnya guru-guru IPA SMP se Kabupaten Kendal
Pos ini dipublikasikan di Umum. Tandai permalink.

5 Balasan ke Ujian Nasional 2009

  1. mgmpipakendal berkata:

    Tulisan ini terinspirasi dari tulisan pak Sawali di http://mgmpbismp.co.cc

  2. Sawali Tuhusetya berkata:

    yang penting semangat mengajarnya ndak pernah luntur, pak jaitoe. tak harus jadi beban, kok, asalkan sudah berjuang secara maksimal *halah kok jadi sok tahu saya* kalau ada pejabat yang maidu, kita tinggal tunjukkan saja arsip nilai uji coba yang telah kita lakukan. semoga ujian tahun ini sukses, bnaik proses maupun hasilnya, meski rata2nya naik dari 5,25 menjadi 5,50.

  3. rochman berkata:

    Memang berat ya pak, rata-rata kenaikan kok naik-naik ke puncak gunung.

  4. masedlolur berkata:

    alah ndak usah mendikotomi guru mapel UN dan non UN
    yang penting menjelang UN 2009 nanti
    sudahkah setiap guru profesional, bermartabat, sejahtera?

    kalau kondisi guru sudah terbukti seperti yang dijanjikan oleh Presiden SBY,

    woo, jangankan ujian nasional
    mbahnya ujian saja siapa takut

    salah ya?

  5. edi juandi berkata:

    jangan terlalu banyak berpikir yang bukan-bukan, jalani saja lebih baik “positif tingking”, pemerintah tidak mungkin sesuatu yang buruk untuk rakyatnya…..ok? KALAU GURUNYA SUDAH TAKUT, APALAGI SISWANYA? ya kan

Tinggalkan komentar